Sejarah Hellas Verona didirikan pada tahun 1903 oleh sekelompok siswa sekolah menengah atas, dan diberi nama Hellas yang berarti Yunani (dalam bahasa Yunani itu sendiri). Saat itu sepak bola hanya dipertandingkan di kota-kota yang lebih besar yang kebanyakan terletak di bagian barat laut Italia, dan penduduk kota Verona kebanyakan tidak mengacuhkan sepak bola. Akan tetapi pada tahun 1906 mereka mulai antusias semenjak Hellas memilih ampitheater romawi sebagai tempat mereka berlaga.
Selama periode awal, Hellas merupakan salah satu dari tiga atau empat tim yang bermain di level kota. Mereka bersaing dengan tim rival Bentegodi dan Verona untuk menjadi yang terbaik di kota tersebut. Pada musim 1907-08 Hellas bertanding melawan tim level regional Vicenza Calcio dan mulai memupuk persaingan dengan klub tersebut hingga saat ini. Sejak tahun 1898 hingga 1926, sepak bola Italia diatur ke dalam grup regional.
Pada masa ini Hellas merupakan salah satu tim yang berpartisipasi di dalamnya dan sering menjadi penantang serius tim-tim unggulan dalam usahanya melaju ke babak final. Pada tahun 1911, pihak kota membantu mereka untuk memindahkan lapangan tempat bertanding ke sebuah arena yang lebih layak. Hal ini menyebabkan Hellas diijinkan ikut serta dalam turnamen regional yang merupakan babak kualifikasi menuju babak final kejuaraan nasional.
Pada tahun 1919 setelah kompetisi di seluruh Italia ditiadakan selama empat tahun karena perang dunia pertama, Hellas bergabung dengan klub rival Verona dan mengubah namanya menjadi Hellas Verona. Di antara tahun 1926 hingga 1929 liga elit"Campionato Nazionale" mengasimilasi tim-tim dari berbagai grup regional dan Hellas Verona termasuk di dalamnya. Mereka berjuang untuk tetap kompetitif. Serie A dimulai pada tahun 1929 ketika Campionato Nazionale berubah menjadi liga profesional.
Hellas Verona yang merupakan tim amatir bergabung dengan dua tim lainnya, Bentegodi dan Scaligera untuk membentuk tim profesional AC Verona. Tim ini memulai debutnya dalam kejuaraan profesional ketika untuk pertama kali bermain di Serie B pada tahun 1929. Mereka membutuhkan waktu 28 tahun untuk bisa promosi ke Serie A pertama kalinya pada musim 1957–58, dan pada tahun 1959 mereka bergabung lagi dengan tim rival lain yang juga bernama Hellas dan kemudian mengubah namanya menjadi Hellas Verona AC.
Scudetto 1984–1985
Walau pada musim 1984–1985 tim ini dihuni oleh campuran pemain bintang dan pemain muda, tidak ada yang menyangka tim ini akan menjadi tim juara di akhir kompetisi. Pemain seperti Hans-Peter Briegel di tengah dan striker Denmark Preben Elkjær di depan ditambah dengan Pietro Fanna di sayap menjadikan tim ini memiliki tim yang tangguh, dan semakin lengkap oleh kreativitas Antonio Di Gennaro dan sentuhan gol Giuseppe Galderisi.
Beberapa pertandingan yang diingat dalam perjalanan mereka merebut scudetto adalah kemenangan mutlak mereka melawan Juventus (2–0), dengan sebuah gol indah oleh Elkjær dari luar kotak penalti dengan satu sepatunya terlepas akibat dijegal. Kemenangan tandang melawan Udinese (5–3) mengakhiri spekulasi bahwa tim ini akan menurun performanya menuju pertengahan kompetisi.
Tiga kemenangan beruntun, yang salah satunya terjadi dalam duel sengit melawan AS Roma (1-0) menunjukkan tim ini fokus dalam perburuan scudetto. Pertandingan terakhir yang berakhir sei 1-1 melawan Atalanta mengamankan scudetto pertama kali mereka sepanjang sejarah. Hellas Verona mengakhiri kompetisi dengan catatan rekor 15 kemenangan, 13 seri, dan 2 kekalahan dengan 43 point, 4 points di atas Torino yang bersama Inter dan Sampdoria menduduki empat tempat teratas.
Klasemen akhir yang tidak biasa dengan Juventus dan AS Roma yang finish pada posisi yang lebih rendah daripada yang diharapkan membuat banyak spekulasi bermunculan. Musim 1984/1985 merupakan satu-satunya musim dimana wasit diundi secara acak untuk memimpin suatu pertandingan. Sebelumnya wasit ditunjuk untuk memimpin suatu pertandingan tertentu oleh komisi perwasitan Designatori Arbitrali. Setelah skandal judi Totonero pada awal 1980, persepakbolaan Italia bertekad memperbaiki image dengan cara menunjuk wasit secara acak untuk menghindari kecurigaan dan tuduhan.
Hal ini menyebabkan kejuaraan yang lebih sepi dan klasemen akhir yang tak terduga. Ketika musim berikutnya dimenangi lagi oleh Juventus, pemilihan wasit sudah kembali ditangani oleh Designatori Arbitrali. Pada tahun 2006 sebuah skandal Calciopoli menunjukkan bahwa klub-klub tertentu telah mempengaruhi pemilihan wasit demi memastikan wasit tertentu memimpin laga mereka.
Sumber: id.wikipedia.org
0 komentar:
Posting Komentar